
"Mitsubishi bisa tumbuh, tapi mereka belum memaksimalkan potensinya diantaranya dari cara mereka berbisnis dan menjawab tantangan dari luar," ujar Co-CEO Nissan Hiroto Saikawa dalam teleconference dengan wartawan dari seluruh dunia termasuk detikOto.
"Di Nissan, kami percaya mereka (Mitsubishi) memiliki potensi yang baik. Mitsubishi bisa tumbuh lebih baik lagi," ujarnya.
Dia menuturkan Nissan pernah mengalami krisis di tahun 1999 sehingga memaksanya membuat kesepakatan dengan Renault pada tahun 1999 lalu. Renault akhirnya memiliki 43,4 persen saham pada Nissan, sementara Nissan memiliki 15 persen sahamnya di tubuh Renault.
Kesepakatan cross-saham ini semakin meyakinkan keduanya memiliki kepentingan yang sama dan mendorong mereka mengadopsi strategi win-win solution agar saling menguntungkan.
"Di 1999 kita melewati krisis performa yang lebih di tubuh internal bukan karena isu lain dari luar. Sementara Mitsubishi kasusnya terkait penjualan mereka. Mereka harus kembali mendapat kepercayaan dari konsumen khususnya di Jepang, ini situasi yang berbeda," kata Hiroto.
Sebelumnya, aliansi Renault-Nissan menjadikannya kerja sama yang panjang antar kedua negara diantara dua pabrikan besar di industri otomotif. Di 2013 aliansi Renault-Nissan telah menjual lebih dari 8,3 juta unit mobil di hampir 200 negara. Aliansi itu pun menjadi no.4 yang terbesar di dunia.
Dengan bergabungnya Mitsubishi dalam aliansi Renault-Nissan, mereka diprediksi menjadi grup otomotif ketiga terbesar di dunia secara volume global dengan penjualan 10 juta unit tahun fiskal 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar